Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktifitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Hal ini tak lain karena angkatan kerja, penduduk yang bekerja, dan angka pengangguran, merupakan modal bagi geraknya roda pembangunan. Dengan keterampilan yang telah dimiliki, lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) sebagai tenaga kerja baru diharapkan dapat segera memasuki dunia kerja setelah menyelesaikan pendidikan.
Namun, pada kenyataannya, tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMK masih menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan TPT pendidikan lainnya. Kajian kebijakan ini membahas tentang ketenagakerjaan di Indonesia, khususnya untuk lulusan SMK, dengan memanfaatkan data dari survei ketenagakerjaan yang dilakukan oleh BPS. Kajian ini menunjukkan bahwa kontribusi lulusan SMK yang menganggur terhadap pengangguran nasional selalu meningkat untuk tiap tahunnya dengan jurusan teknik otomotif menjadi kontributor pengangguran terbesar.
Secara umum, sebagian besar lulusan SMK bekerja di industri perdagangan dan manufaktur dengan pekerjaan sebagai pekerja produksi, operator alat-alat angkut dan pekerja kasar menjadi jenis pekerjaan utama. Lulusan sekolah menengah kejuruan juga lebih menyukai pekerjaan formal dibandingkan dengan pekerjaan non-formal. Selain itu, gaji rata-rata buruh/karyawan/pegawai lulusan SMK lebih rendah dari ratarata nasional. Pekerja lulusan SMK dengan upah rata-rata tertinggi adalah pekerja di bisnis pertambangan sedangkan upah terendah diperoleh oleh pekerja dalam jasa pendidikan. Mayoritas populasi lulusan SMK yang bekerja mendapat jaminan sosial dan memiliki jam kerja yang cukup tinggi, yaitu 35 hingga 48 jam per minggu.