Sang Nanggala 402, bekerja tanpa sanjungan.
Berkarya tanpa pujian.
Menggetarkan dalam tiap tugas dan serbuan.
Karena satu kalimat : Melaksanakan kewajiban.
Nanggala hanya memiliki setia.
The order of command: Perintah Komando dari pemiliknya: Rakyat Indonesia.
Yang mengamanahkannya pada TNI AL
Bertugas menjaga kedaulatan setiap jengkal perairan Nusantara dari pada penganggu dan penyusup.
Sang Pelenyap dalam senyap
Berpuluh tahun bertugas dalam tenang. Mengarungi samudera pengabdian.
Dengan semboyan : Nagabaswara Jalayudha Pamungkas.
Dengan motto : Tabah Sampai Akhir.
Diatas sepenggal kisah yang menceritakan kepahlawanan para awak kapal selam KRI Nanggala-402 terhadap Negara. Mereka memiliki tanggung jawab pribadi atas masalah bangsanya, bahwa krisis yang terjadi pada bangsa ini telah memanggil mereka, dan panggilan inilah yang mereka jawab.
Krisis adalah takdir semua bangsa. Krisis terhadap Indonesia tidak perlu disesali. Apalagi dikutuk. Karena permasalahan kita bukan pada krisis itu. Akan tetapi pemasalahan kita terletak pada kelangkaan pahlawan saat krisis itu terjadi. Kelangkaan pahlawan merupakan sebuah tanda kelangsungan hidup atau kehancuran sebuah bangsa.
Pekerjaan-pekerjaan atas permasalahan besar bangsa ini hanya dapat diselesaikan oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan. Tantangan-tantangan besar itu hanya dapat dijawab oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan. Itulah sebabnya mengapa para pahlawan itu disebut sebagai orang-orang besar. Para pahlawan bukan untuk dikagumi. Tapi untuk diteladani. Maka makna-makna yang melatari tindakan mereka yang perlu dihadirkan ke dalam kesadaran kita.
Pahlawan bukanlah orang suci dari langit yang diturunkan ke bumi untuk menyelesaikan persoalan manusia dengan mukjizat, secepat kilat untuk kemudian kembali ke langit. Pahlawan adalah orang biasa yang melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, dalam sunyi yang panjang, sampai waktu mereka habis. Mereka tidak harus dicatat dalam buku sejarah. Atau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Mereka juga melakukan kesalahan dan dosa. Mereka bukan malaikat.
Mereka hanya manusia biasa yang berusaha memaksimalkan seluruh kemampuannya untuk memberikan yang terbaik bagi orang-orang di sekelilingnya. Mereka merakit kerja-kerja kecil jadi sebuah gunung: karya kepahlawanan adalah tabungan jiwa dalam masa yang lama. Mereka yang melakukan kerja-kerja besar itulah yang kita butuhkan di saat krisis. Bukanlah mereka yang tampak besar tapi hanya melakukan kerja-kerja kecil lalu menulisnya dalam autobiografinya.
Kita kadang kala sering melakukan kesalahan ketika membaca biolografi dan kisah para pahlawan. Kita selalu membayangkan bahwa para pahlawan itu relatif berbeda dengan orang-orang biasa. Namun itu, tidak sepenuhnya salah. Tapi biasanya anggapan itu menjadi salah ketika sebuah karya sejarah kemudian dinisbatkan secara latah kepada hanya satu orang pahlawan saja, padahal sebenarnya pahlawan yang kita puji-puji itu mungkin hanya memberikan sentuhan akhir. Dalam pembacaan seperti ini ada banyak peran dan pelaku sejarah yang terlupakan, atau mengalami semacam marginaliasi sejarah.
Hasil kerja nyata para pahlawan berupa karya-karya sejarah yang besar, memang tidak dapat diselesaikan seorang pahlawan saja. Semua orang terlibat dalam proses. Tapi seorang pahlawan dapat melegenda karena dia terlibat dalam proses dengan memberikan kontribusi yang lebih besar dari pada yang lainnya. Walaupun begitu, kontribusi yang besar itu tidak akan pernah dapat ia berikan tanpa kehadiran pahlawan-pahlawan lain, yang kadar kepahlawananya mungkin lebih kecil di banding dirinya. Disini kita belajar tentang makna kepahlawanan kolektif, peran-peran kepahlawanan terdisribusi dalam banyak bentuk.
Begitulah kita menyaksikan kisah gugurnya para pahlawan pada kapal selam KRI Nanggala-402 pada tanggal 24 April 2021, dimana kisah mereka mewarnai layar kaca negeri ini pada beberapa hari ini. Mereka yang gugur adalah orang biasa yang memiliki semangat kepahlawan khas Indonesia yakni semangat kepahlawanaan profetik dan kepahlawanan kolektif. Berupa semangat kepahlawanan yang mengutamakan pertanggungjawaban baik kepada Allah SWT sebagai sang pencipta, kepada manusia sebagai rakyat menjadi nomor satu atas segalanya, dan kepada sejarah yaitu kepada generasi yang akan datang kemudian.
Saat ini benar kita merindukan pahlawan itu. Karena krisis demi krisis telah merobohkan satu per satu sendi bangunan negeri kita. Negeri ini hampir seperti kapal pecah yang tak jemu-jemu dihantam gunungan ombak. Dan negeri ini membutuhkan kamu untuk menjadi pahlawan selanjutnya…(AWK1980)

Dosen Manajemen SDM (HR Management), Budaya Organisasi (Organizational Culture), Literasi Finansial pada Universitas Terbuka; Pemerhati School Governance SMK.
Luar biasa pengabdian para penjaga keutuhan NKRI.. Semoga husnul
Khotimah ya Allah .. duka cita yg amat mendalam 🙏🏽🥺😇
Alhamdulillah Tulisan Bpk Ari, menguatkan semangat kebangsaan. Memotivasi kita untuk berkarya bagi NKRI. Tentu dengan bidang nya masing-masing. Semoga para pejuang Nanggal 4.0 mulia di dunia dan akhirar. Aamiin.
Assalamualaikum
Mohon penulisan Allah Subhanahuwatalla jangan d singkat SWT
Wassalamualaikum
Sepakat pak….Pahlawan , gelar bagi siapa sj yang berjasa terhadap sesama serta orang yg selalu semangat berjuang.
Pahlawan bang sa, aku bangga memiliki kalian, semoga mereka berada di syurga Allah…. Aamiin yra
❤ Selamat Jalan Melaksanakan Penjagaan Laut Indonesia
Pahlawanku
Innalillahi Wa’innailaihi Roji’uun, selamat jalan Pahlawan-pahlawanku smoga Husnul Khotimah
Setuju yang disampaikan pak Arie wibowo….dalam keseharian dan senyap kala bertugas ,para awak Nanggala 402 adalah pahlawan yang sesungguhnya, demikian pul beragam profesi dan manusia indonesia lainnya yang berjuang di jalur masing masing…tiada haral penghargaan hanya berharap apa yg dijalankan punya beragam manfaat
Selamat jalan para pahlawanku , seluruh awak Nanggala 402
Selamat jalan Pahlawanku, semoga Alloh himpun sebagai para shuhada, yg berjuang dijalan Alloh dan ditempatkan di Surga, Aamiin