Kejadian stunting merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia. Tercatat bahwa 1 dari 3 remaja yang ada di Indonesia memiliki tinggi badan yang berada di bawah rata-rata (stunting). Situasi ini jika tidak diatasi tentu akan berpengaruh terhadap pembangunan Indonesia serta penurunan daya saing sekaligus penurunan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, perlu langkah strategis, tidak hanya dari pemerintah namun juga dari sekolah, orang tua dan pihak yang terkait guna mencegah dan mengendalikan permasalahan stunting.
Kajian kebijakan ini memberikan gambaran tentang kondisi stunting secara global dan nasional serta merekomendasikan beberapa langkah strategis yang dapat ditempuh SMK guna mengatasi permasalahan stunting yang terjadi. Berdasarkan hasil kajian diperoleh bahwa tingkat prevalensi remaja (16-18 tahun) yang mengalami stunting di Indonesia tahun 2017 mencapai 37% dengan provinsi yang memiliki tingkat prevalensi stunting tertinggi berada di provinsi Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah dan Gorontalo.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, SMK yang mempersiapkan lulusannya untuk bekerja harus dapat bekerja sama dengan orang tua, industri dan pihak terkait untuk memberikan edukasi tentang pentingnya penerapan pendidikan dan keterampilan hidup sehat (PKHS), membudayakan pemenuhan gizi sesuai dengan acuan metode “Isi Piringku”, serta pemberian susu dan tablet darah, khususnya kepada remaja putri, guna pencukupan gizi dan pencegahan kelahiran bayi stunting. Selain itu, gerakan olahraga senam bersama setiap pagi sebelum masuk kelas juga diperlukan guna membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa/i di SMK.

Dosen Manajemen SDM (HR Management), Budaya Organisasi (Organizational Culture), Literasi Finansial pada Universitas Terbuka; Pemerhati School Governance SMK.