Suatu ketika pada waktu praktek biologi di sekolah menengah, seorang guru biologi menyuruh siswanya untuk melakukan eksperimen dengan katak. Guru biologi tersebut menginstruksikan agar siswa masukkan katak ke dalam wadah yang diisi dengan air dan ditaruh di atas kompor. Terlihat katak tersebut berusaha untuk melompat-lompat. Segera guru tersebut memberikan instruksi lanjutan untuk meningkatkan suhu air secara perlahan-lahan.
Ketika suhu air mulai naik, katak merasa nyaman dan mulai menyesuaikan suhu tubuhnya.Terus dan terus, katak itu terus menyesuaikan suhu tubuhnya selaras dengan meningkatnya suhu air. Sampailah tepat ketika air mencapai titik didih, katak itu terlihat tidak dapat menyesuaikan lagi.
Pada titik didih ini, katak itu mulai meronta-ronta untuk melompat keluar. Katak itu mencoba melompat keluar, tetapi katak itu terlihat kelelahan dan tidak dapat melakukannya. Hal ini dikarenakan katak itu kehilangan semua kekuatannya akibat energinya telah habis digunakan untuk menyesuaikan suhu tubuhnya sesuai dengan meningkatnya suhu air. Akhirnya secara perlahan katak itupun mati.
Pada akhir ekperimen tersebut, kemudian guru biologi bertanya kepada semua siswa di dalam kelas..Apa yang membunuh katak itu? Pikirkan tentang hal ini!
Secara serentak para siswa menjawab bahwa katak mati karena air mendidih.
Sambil tersenyum guru biologi itu membenarkan bahwa air mendidih adalah penyebab katak itu mati. Namun kemudian guru biologi itu mengatakan, bahwa selain karena air mendidih yang mematikan katak. Ada sebuah kebenaran lain yang membunuh katak itu, yakni adalah ketidakmampuan dirinya untuk memutuskan kapan harus melompat keluar dari kondisi zona nyaman.
Selanjutnya guru biologi itu menambahkan bahwa setiap kita semua perlu menyesuaikan diri dengan orang dan situasi. Akan tetapi kita harus mampu memastikan kapan kita perlu menyesuaikan diri dan kapan kita perlu melanjutkan atau tidak. Ada saat-saat ketika kita perlu menghadapi situasi dan mengambil tindakan yang tepat. Jangan menunggu nasib berubah dengan sendirinya tetapi berusahalah mencari peluang agar nasibmu berubah.
Jika kita mengizinkan orang lain untuk mengeksploitasi kita secara fisik, emosional, finansial, spiritual atau mental, maka orang itu akan terus menerus melakukannya. Maka kamu harus segera putuskan kapan kamu harus melompat!
Melompatlah kamu ketika kamu masih memiliki kekuatan. Jangan pernah takut untuk mencoba “Lebih Baik Gagal Karena Mencoba Daripada Mati Karena Menunggu” AWK

Dosen Manajemen SDM (HR Management), Budaya Organisasi (Organizational Culture), Literasi Finansial pada Universitas Terbuka; Pemerhati School Governance SMK.