Sebentar lagi Hari Keterampilan Pemuda Sedunia (World Youth Skill Day) diperingati setiap setiap tahunnya pada tanggal 15 Juli baik oleh masyarakat dunia Internasional ataupun Nasional. Pada tahun 2021, Hari keterampilan Pemuda Sedunia akan jatuh pada dari kamis tanggal 15 Juli 2021.
Sejarah World Youth Skill Day (Hari Keterampilan Pemuda Sedunia)
Pada tahun 2014, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mendeklarasikan 15 Juli sebagai Hari Keterampilan Pemuda Sedunia. Hal ini dilakukan mengingatkan setiap negara yang masuk dalam anggota PBB akan makna penting dan strategisnya untuk terus membekali kaum mudanya dengan keterampilan untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan kewirausahaan. Maka sejak itu, pada berbagai negara pelaksanaan acara Hari Keterampilan Pemuda Sedunia memberikan kesempatan luas untuk dialog antara kaum muda, lembaga pendidikan dan pelatihan teknis dan kejuruan (TVET), perusahaan, organisasi pengusaha dan pekerja, pembuat kebijakan dan mitra pembangunan.
Apa peran Pendidikan Vokasi pada World Youth Skill Day ?
Masyarakat dunia banyak menyoroti pentingnya keterampilan yang terus meningkat saat dunia memulai transisi menuju model pembangunan yang berkelanjutan. Pendidikan dan pelatihan kejuruan (pendidikan vokasi) merupakan target pencapaian Agenda Dunia 2030. Melihat kembali Visi Deklarasi Incheon dimana Pendidikan pada tahun 2030 memberikan perhatian yang cukup besar pada pengembangan pendidikan vokasi, khususnya mengenai akses ke pendidikan vokasi berkualitas terjangkau; perolehan keterampilan teknis dan kejuruan untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak dan kewirausahaan; penghapusan disparitas gender dan memastikan akses bagi yang rentan. Dalam konteks ini, pendidikan vokasi diharapkan dapat menjawab berbagai tuntutan yang bersifat ekonomi, sosial dan lingkungan dengan membantu kaum muda dan orang dewasa mengembangkan keterampilan yang mereka butuhkan untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak dan kewirausahaan, mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang adil, inklusif dan berkelanjutan, dan mendukung transisi.
Pendidikan Vokasi dapat membekali kaum muda dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengakses dunia kerja, termasuk keterampilan untuk wirausaha. Pendidikan Vokasi juga dapat meningkatkan daya tanggap terhadap perubahan tuntutan keterampilan oleh perusahaan dan masyarakat, meningkatkan produktivitas dan meningkatkan tingkat upah. Pendidikan Vokasi dapat mengurangi hambatan akses ke dunia kerja, misalnya melalui pembelajaran berbasis kerja, dan memastikan bahwa keterampilan yang diperoleh diakui dan disertifikasi. Pendidikan Vokasi juga dapat menawarkan peluang pengembangan keterampilan bagi orang-orang berketerampilan rendah yang kurang atau menganggur, remaja putus sekolah dan individu yang tidak menempuh pendidikan, pekerjaan dan pelatihan.
Bagaimana Hari Keterampilan Pemuda Sedunia 2021 diperingati di Indonesia ?
Hari Keterampilan Pemuda Sedunia 2021 akan kembali berlangsung seyogyanya diperingati dalam konteks ketahanan dan kreativitas pemuda Indonesia melalui krisis yang menantang saat ini karena DIGITAL Disruption, PANDEMIC Disruption yang sedang berlangsung dan MILLENNIAL Disruption.
Pemerintah dalam hal ini Kemdikbudristek bersama Dinas Pendidikan di Propinsi/Kabupaten/Kota dan stakeholder yang terlibat dalam penyelenggaran Pendidikan Vokasi di Indonesia harus sudah berpikir dan melaksanakan bagaimana menciptakan sebuah sistem Pendidikan Vokasi beradaptasi dengan pandemi dan resesi, memikirkan bagaimana sistem pendidikan vokasi tersebut dapat berpartisipasi dalam pemulihan, dan membayangkan prioritas yang harus mereka adopsi untuk Indonesia pasca-COVID-19. Oleh karenanya, Kemdikbudristek dan Dinas Pendidikan harus berani keluar dari program tahunan yang disusun ketika sebelum pandemi berlangsung.
Hal tersebut perlu dilakukan sebagai antisipasi mulai banyaknya riset-riset bermunculan tentang dampak pandemi salah satunya yakni seperti yang disampaikan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) atau Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan di bawah naungan PBB yang menyatakan bahwa terdapat sekitar 124 juta anak di seluruh dunia gagal menguasai kecakapan minimum membaca akibat pandemi ini.
Maka sebelum terlambat dan tertinggal dari negara-negara lain , Kemdikbudristek dan Dinas Pendidikan harus segera secara cepat membuat “PROGRAM DARURAT ADAPTASI” untuk mengantisipasi berubahnya wajah dunia kerja akibat triple disrupsi (DIGITAL Disruption, PANDEMIC Disruption, MILLENNIAL Disruption), karena lulusan lembaga Pendidikan Vokasi membutuhkan keterampilan baru agar bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan kerja baru, baik kemampuan teknis maupun nonteknis.
Beberapa usulan program yang dapat dilakukan diantaranya yakni :
- Menginisiasi dialog dan kemitraan di antara semua pemangku kepentingan dalam keterampilan dan sistem pendidikan vokasi serta memfasilitasi keterlibatan para mitra DUDI tersebut. Sistem pengembangan pendidikan vokasi yang efektif dan sangat penting dalam mencegah penyusutan dan keusangan keterampilan serta memfasilitasi transisi ke sektor-sektor dan pekerjaan yang sedang berkembang. Namun, sistem pengembangan pendidikan vokasi tidak selalu mampu mengimbangi kebutuhan keterampilan yang berubah dengan cepat di pasar tenaga kerja. Selain itu, partisipasi biasanya rendah di antara mereka yang paling membutuhkan keterampilan baru atau tambahan, dan semakin banyak lulusan pendidikan vokasi yang berada dalam pekerjaan yang tidak standar. Dialog memiliki peran kunci dalam mempromosikan pengembangan pendidikan vokasi dengan memastikan kolaborasi kunci pemangku kepentingan di seluruh proses perencanaan dan implementasi. Secara khusus, hubungan pemerintah, lembaga pelatihan dan sektor swasta sangat penting untuk memperkuat ketahanan dan mempercepat pemulihan sistem pengembangan pendidikan vokasi setelah krisis. Di banyak negara, keterlibatan dewan pengarah vokasi per sektor juga penting dalam membiayai dan menjamin kualitas pelatihan, serta meningkatkan inklusi sosial bagi kelompok rentan. Untuk meningkatkan efektivitas sistem pengembangan pendidikan vokasi, pemerintah perlu memobilisasi organisasi pekerja dan pengusaha serta melibatkan mereka dalam perencanaan, pengembangan, penyampaian dan evaluasi pendidikan vokasi. Selanjutnya, para mitra DUDI tersebut dapat mengambil bagian dalam produksi informasi pasar tenaga kerja dan pencocokan calon-calon pekerja dengan magang atau magang, serta dalam penempatan dan integrasi para lulusan pendidikan vokasi ke tempat kerja. Tentu saja tingkat keterlibatan para mitra DUDI dalam sistem pengembangan pendidikan vokasi bervariasi tergantung kemampuan perusahaannya, namun keterlibatan mereka sangat penting dalam konteks pandemi. Dengan informasi yang baik tentang perubahan dalam kebutuhan keterampilan dan organisasi kerja, para mitra DUDI dapat membantu meningkatkan dan meningkatkan penyediaan pelatihan, serta memberikan bantuan pekerjaan kembali kepada pekerja yang menjadi pengangguran dan mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan yang berkelanjutan.
- Perlu adanya platform bagi institusi penyelenggara pendidikan vokasi di Indonesia untuk mengeksplorasi dan mendukung proses identifikasi dan implementasi kualifikasi dan kompetensi baru melalui pendekatan ekosistem. Melalui platform itu maka akan mendorong sekolah atau perguruan tinggi vokasi secara bertahap mengubah maindset dan paradigma belajar di lembaganya.
- Berinvestasi dalam membangun atau meningkatkan pengakuan pembelajaran sebelumnya (RPL) dan sistem mikro-kredensial. Karena proporsi pembelajaran selama pandemi yang lebih tinggi terjadi melalui pembelajaran non-formal, informal, dan digital. Oleh karenanya sebuah tantangan adalah bagaimana mengakreditasi dan mengenali keterampilan yang diperoleh melalui cara-cara ini. Sektor swasta adalah sektor yang sebagian besar memiliki kemampuan mengadopsi teknologi yang lebih lanjut secara cepat,. Mereka telah banyak menawarkan program pembelajaran on-line berdurasi pendek berdasarkan kebutuhan yang tentunya hal itu menantang sistem pendidikan dan pelatihan kejuruan tradisional. Sistem-sistem seperti itu diperlukan untuk mengejar ketinggalan dengan cepat dan menghasilkan mekanisme inovasi baru dalam layanan pendidikan dan akreditasi pelatihan kejuruan berbasis mikro kredensial dan juga meningkatkan sistem RPL.
- Merevisi peraturan dan pedoman untuk memungkinkan fleksibilitas yang lebih besar Pendidikan Vokasi. Peraturan yang ada saat ini sangat kaku dan dibuat pada masa sebelum pandemi. Peraturan itu menjadi masalah terhadap pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan kejuruan, pihak berwenang harus memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam perekrutan peserta didik baru, penilaian dan sertifikasi mereka. Garis waktu dan persyaratan untuk menyelesaikan program pelatihan harus disesuaikan dengan keadaan baru. Misalnya, penilaian hasil pembelajaran praktis dapat ditunda atau diubah menjadi penilaian online. Hal ini untuk memfasilitasi adaptasi sistem pengembangan keterampilan dengan situasi pandemi COVID-19 yang berkembang pesat, peraturan dan pedoman harus direvisi dan diperbarui secara tepat waktu.
- Memperkuat sistem dan layanan bimbingan karir. Dalam konteks pandemi Covid-19, peran bimbingan karir menjadi semakin penting. Kemdikbudristek dan Dinas Pendidikan, harus lebih memperhatikan dan memikirkan kembali penyediaan bimbingan karir dari perspektif sistemik.
Semoga Pendidikan Vokasi di Indonesia menjadi solusi atas pengangguran dan permasalahan lapangan pekerjaan di Indonesia. AWK1980

Dosen Manajemen SDM (HR Management), Budaya Organisasi (Organizational Culture), Literasi Finansial pada Universitas Terbuka; Pemerhati School Governance SMK.
Menginspirasi untuk maju